Juni 15, 2011

Imbalan, perlukah?


Menurut pembaca sekalian, perlukah imbalan itu?
Ketika ada orang yang berkata perlu, sebagian dari anda mungkin ada yang memicingkan mata dan melirik dengan sinis serta berkata dengan sinis pula… “Oportunis”. Tapi pasti ada sebagian lainnya yang berteriak setujuuuuu… walaupun hanya dalam hati karena takut dibilang oportunis dan tidak ikhlas. Ya… sah-sah saja anda mengharapkan imbalan dari apa yang telah anda lakukan.

Begitu juga sebagian lainnya, 

pasti ada yang dengan tegas menolak imbalan atau bahkan mengharapkan imbalan sekalipun. Katanya mereka adalah orang yang melakukan apapun dengan ikhlas. Dan saya yakin ketika ada orang yang berkata seperti itu pun yang lain akan melirik dan berkata “sok suci”…

Begitulah biasanya, pasti ada pro dan kontra dalam memahami segala sesuatu. Kesetujuan dan ketidak-setujuan merupakan hal yang lumrah, dan itu merupakan suatu rahmat. Bayangkan, jika semuanya setuju-setuju saja… jika semuanya memiliki pemikiran yang sama, betapa membosankannya hidup. Begitu monotonnya kehidupan yang kita jalani, tidak dinamis dan mudah sekali menimbulkan kebosanan. Mungkin saja  terjadi setiap hari buanyak orang yang bunuh diri karena bosan. Maha Suci Allah yang telah menciptakan segalanya berpasangan dan memiliki perbedaan.

Kembali lagi kepada imbalan, seberapa pentingkah imbalan itu, dan bentuk imbalan seperti apakah yang bisa kita harapkan?
Ketika anda bekerja, anda pasti mengharapkan dan mendapatkan imbalan hasil pekerjaan right? Ya pasti, dan itu merupakan salah satu tujuan kita bekerja right?. Nah, kalau imbalan terkait pekerjaan merupakan hak kita atas pekerjaan yang kita lakukan berdasarkan perjanjian yang telah dibuat ketika kita mulai bekerja, right?
Nah, ketika kita melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan diluar pekerjaan formal apakah ada sebelumnya kontrak atau perjanjian terkait imbalan, Tidak selalu kan? Sebagai contoh, ketika anda menolong seseorang apakah ada perjanjian bahwa orang tersebut akan memberikan imbalan kepada anda, Tidak kan? Lalu mengapa anda merasa jengkel ketika anda menolong seseorang kemudian orang tersebut hanya berlalu (bahkan senyum pun tidak) dan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada anda?. Sesungguhnya hal ini tidak perlu terjadi.

Pengharapan imbalan atas apa yang telah kita lakukan boleh-boleh saja bahkan perlu, karena hal tersebut dapat menjadi motivasi bagi kita untuk melakukan kebaikan. Tetapi imbalan apakah yang pantas kita harapkan dan kita terima atas apa yang telah kita lakukan serta kepada siapakah kita berharap imbalan tersebut.
Jika kita mengharap imbalan kepada manusia, bahkan imbalan senyum atau ucapan terima kasih sekalipun, bersiap-siaplah anda kecewa. Karena tidak setiap orang yang kita tolong akan memberikan imbalan walaupun hanya senyum atau ucapan terima kasih. Tetapi ada yang lebih pantas untuk kita berharap imbalan. Dia tidak akan mengecewakan kita apapun harapan atas imbalan yang kita inginkan. Ya, Dialah Allah Tuhan semesta alam. Berharaplah imbalan dari-Nya atas apapun yang kita lakukan, sehingga kita tidak perlu kecewa dan sakit hati.

Lalu, apakah kita akan disebut oportunis atau sok suci?
Yaaa terserah anda mengartikannya bagaimana. Oportunis kalau kita mengharapkan imbalan dari-Nya ya tidak apa-apa, bahkan diperintahkan malah. “Berdoalah kepadaku (meminta dan mengharap imbalan adalah do'a), maka akan aku kabulkan” Begitulah kata-Nya.
Kalau dibilang sok suci, ya biarkan saja toh kita memang diperintahkan untuk bersuci dan mensucikan diri, right?!
Jadi, dengan mengharapkan imbalan sekalipun kita tetap ikhlas kan? Setuju setuju setuju… ?
Angkat tangan yang tinggi dan bilang, SETUJUUUU…..

Mari berbuat kebaikan dan mengharap imbalan dari-Nya.

Semoga Allah meridhoi kebaikan yang kita lakukan, amin

1 comments:

Posting Komentar