Seorang anak kecil menangis tersedu-sedu
hingga menimbulkan rasa iba bagi siapapun yang melihatnya. Kebetulan saat itu
salah seorang pamannya lewat dan melihat anak tersebut. Bertanyalah sang paman
kepada anak kecil tersebut. “Kenapa kamu menangis?” kemudian sambil terisak anak tersebut menjawab “uang 10.000 dari ayah hilang”.
Sejurus kemudian sang paman berpikir, mungkin ia takut dimarahi karena
menghilangkan uang pemberian ayahnya. Tanpa berpikir panjang sang paman
memberikan uang Rp.10.000 kepada anak tersebut sambil berkata “sudah, sudah,
jangan nangis lagi. Nih paman kasih kamu 10.000 rupiah.
Rupanya pemberian dari sang paman tak
mampu meredam tangis anak tersebut. Anak itu terus saja menangis. Hingga siang
hari anak tersebut masih terisak menangis. Hingga ibunya lewat dan bertanya
kepada anak itu. “kenapa kamu menangis sayang?” anak tersebut menjawab “uang
10.000 dari ayah tadi pagi hilang”. Karena melihat ada uang Rp.10.000 di
tangannya, maka sang ibu bertanya lagi “itu di tangan kamu ada uang 10.000”. si
anak menjawab “ini uang dari paman”
sambil tetap menangis. “ya sudah, nih ibu tambah 10.000 lagi. Sudah ya sayang jangan
nangis lagi”.
Tak dinyana, ternyata tangisan sang anak
malah makin keras. Hingga terdengar oleh ayahnya. Kemudian ayahnya mendekat dan
bertanya “kenapa menangis nak?”. Anak menjawab, “ayah, uang yang 10.000 dari
ayah tadi pagi hilang” sambil tetap terisak. Diberinyalah anak tersebut 10.000
lagi oleh sang ayah. Tangis anak malah makin menjadi,”sudah sudah, cup cup cup
yaaa… sudah nangisnya! Di tangan kamu kan sudah ada 30.000. kenapa masih
nangis?” si anak menjawab “coba kalo uang dari ayah tadi pagi tidak hilang,
uangku jadi 40.000”. sambil menggendong si anak, ayahnya berseloroh kalau
begitu caranya sampai kapanpun kamu tidak akan berhenti menangis.
Tanpa kita sadari mungkin dalam kehidupan
keseharian kita, kita seperti anak tersebut. Kita meratapi apa yang hilang dari
kita. Kita memikirkan apa yang kita tidak punya, kita berpikir tentang yang
tidak ada. Sehingga dengan segala macam cara akan kita lakukan untuk
mendapatkan apa yang tidak ada tersebut. Dengan berbagai macam cara berusaha
mengembalikan apa yang hilang dari kita.
Tetapi kita lupa. Ya, kita lupa akan apa
yang ada pada diri kita. Kita lupa akan apa yang masih kita punyai, kita lupa
apa yang kita miliki. Sehingga kita lupa mensyukurinya, kita lupa menjaga
amanat yang telah Ia beri kepada kita untuk menjaganya dengan baik. Hingga
akhirnya Dia Yang Maha Memiliki mengambil apa yang Ia pinjamkan kepada kita. Ia
menarik kembali apa yang Ia amanatkan kepada kita.
Kalau sudah begitu, barulah kita ingat. Itu
juga syukur-syukur kalau ingat dan cepat-cepat beristighfar dan mensyukuri apa
yang masih kita miliki. Bukan meratapi dan mencaci maki atas kehilangan
tersebut.
Bukankah dengan bersyukur Ia Yang Maha
Kaya akan menambah nikmat-Nya, dan ancaman serius bagi siapa saja yang ingkar
atas nikmat-Nya. Lalu mengapa kita masih saja lupa, bahkan hanya untuk
mensyukuri apa yang telah Ia berikan.
Mulai sekarang, mari syukuri apa yang
kita miliki. Mari kita belajar untuk menjadi Hamba-Nya yang senantiasa
bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan untuk kita dan berusaha untuk
memenuhi apa yang kita inginkan dengan meminta petunjuk-Nya dan mengharapkan
keridhoan-Nya. Semoga segala apa yang kita kerjakan dan upayakan bernilai
ibadah di hadapan-Nya.
0 comments:
Posting Komentar