November 11, 2011

Syukuri yang kau miliki sebelum meratapi yang hilang


Seorang anak kecil menangis tersedu-sedu hingga menimbulkan rasa iba bagi siapapun yang melihatnya. Kebetulan saat itu salah seorang pamannya lewat dan melihat anak tersebut. Bertanyalah sang paman kepada anak kecil tersebut. “Kenapa kamu menangis?” kemudian sambil terisak  anak tersebut menjawab “uang 10.000 dari ayah hilang”. Sejurus kemudian sang paman berpikir, mungkin ia takut dimarahi karena menghilangkan uang pemberian ayahnya. Tanpa berpikir panjang sang paman memberikan uang Rp.10.000 kepada anak tersebut sambil berkata “sudah, sudah, jangan nangis lagi. Nih paman kasih kamu 10.000 rupiah.

Rupanya pemberian dari sang paman tak mampu meredam tangis anak tersebut. Anak itu terus saja menangis. Hingga siang hari anak tersebut masih terisak menangis. Hingga ibunya lewat dan bertanya kepada anak itu. “kenapa kamu menangis sayang?” anak tersebut menjawab “uang 10.000 dari ayah tadi pagi hilang”. Karena melihat ada uang Rp.10.000 di tangannya, maka sang ibu bertanya lagi “itu di tangan kamu ada uang 10.000”. si anak menjawab  “ini uang dari paman” sambil tetap menangis. “ya sudah, nih ibu tambah 10.000 lagi. Sudah ya sayang jangan nangis lagi”.

Tak dinyana, ternyata tangisan sang anak malah makin keras. Hingga terdengar oleh ayahnya. Kemudian ayahnya mendekat dan bertanya “kenapa menangis nak?”. Anak menjawab, “ayah, uang yang 10.000 dari ayah tadi pagi hilang” sambil tetap terisak. Diberinyalah anak tersebut 10.000 lagi oleh sang ayah. Tangis anak malah makin menjadi,”sudah sudah, cup cup cup yaaa… sudah nangisnya! Di tangan kamu kan sudah ada 30.000. kenapa masih nangis?” si anak menjawab “coba kalo uang dari ayah tadi pagi tidak hilang, uangku jadi 40.000”. sambil menggendong si anak, ayahnya berseloroh kalau begitu caranya sampai kapanpun kamu tidak akan berhenti menangis.

Tanpa kita sadari mungkin dalam kehidupan keseharian kita, kita seperti anak tersebut. Kita meratapi apa yang hilang dari kita. Kita memikirkan apa yang kita tidak punya, kita berpikir tentang yang tidak ada. Sehingga dengan segala macam cara akan kita lakukan untuk mendapatkan apa yang tidak ada tersebut. Dengan berbagai macam cara berusaha mengembalikan apa yang hilang dari kita.

Tetapi kita lupa. Ya, kita lupa akan apa yang ada pada diri kita. Kita lupa akan apa yang masih kita punyai, kita lupa apa yang kita miliki. Sehingga kita lupa mensyukurinya, kita lupa menjaga amanat yang telah Ia beri kepada kita untuk menjaganya dengan baik. Hingga akhirnya Dia Yang Maha Memiliki mengambil apa yang Ia pinjamkan kepada kita. Ia menarik kembali apa yang Ia amanatkan kepada kita.

Kalau sudah begitu, barulah kita ingat. Itu juga syukur-syukur kalau ingat dan cepat-cepat beristighfar dan mensyukuri apa yang masih kita miliki. Bukan meratapi dan mencaci maki atas kehilangan tersebut.

Bukankah dengan bersyukur Ia Yang Maha Kaya akan menambah nikmat-Nya, dan ancaman serius bagi siapa saja yang ingkar atas nikmat-Nya. Lalu mengapa kita masih saja lupa, bahkan hanya untuk mensyukuri apa yang telah Ia berikan.

Mulai sekarang, mari syukuri apa yang kita miliki. Mari kita belajar untuk menjadi Hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan untuk kita dan berusaha untuk memenuhi apa yang kita inginkan dengan meminta petunjuk-Nya dan mengharapkan keridhoan-Nya. Semoga segala apa yang kita kerjakan dan upayakan bernilai ibadah di hadapan-Nya.

0 comments:

Posting Komentar