September 09, 2011

Rantai Gajah


Pernahkan anda melihat gajah liar di Afrika mengamuk? Betapa dahsyat amukannya hingga meluluh-lantakkan satu desa, menghancurkan ladang pertaniam masyarakat hingga membuat resah masyarakat yang tinggal di desa tersebut. Tahukah anda bagaimana menjinakkan gajah tersebut?

Cara untuk menjinakkan gajah tersebut adalah dengan ditembak bius, kemudian dirantai menggunakan rantai kapal yang besar dan diikatkan pada sebuah pohon yang besar yang dapat menahan gajah tersebut. Saat reaksi obat biusnya sudah hilang, gajah akan terbangun dan mengamuk. Ia akan mencoba berlari dan menghambur kemudian saat berlari gajah akan terjungkal dan jatuh. Setelah jatuh, maka gajah tersebut diberi makan. Karena lapar dan tenaganya habis, makanan tersebut akan dimakannya dengan lahap.

Setelah selesai makan dan tenaganya kembali pulih, gajah akan mencoba berlari dan menghambur lagi. Tapi apa yang terjadi, gajah akan kembali jatuh dan terjungkal. Setelah tenaganya habis, gajah akan diberi makan lagi. Begitu seterusnya hingga akhirnya gajah akan menyadari bahwa dikakinya terdapat rantai kapal yang begitu kuat yang dapat menahan kekuatannya. Gajah akan mulai mengurangi usahanya untuk kabur, hingga hilang sama sekali keinginannya untuk kabur.

Setelah itu, rantai gajah akan diganti dengan tali raffia yang kecil yang bahkan dengan tarikan sedikit saja akan putus. Tetapi, apakah gajah akan berontak dan berusaha kabur lagi, bagaimana menurut anda?
Gajah tidak lagi berontak karena gajah ingat bahwa setiap kali gajah berontak dan berlari dia akan jatuh dan terjungkal walaupun dikakinya bukan lagi rantai kapal yang besar tetapi tali raffia yang kecil.

Lalu mengapa gajah tidak berusaha melepaskan diri, padahal akan jauh lebih mudah untuk lepas. Jawabannya adalah karena rantai gajah telah berpindah dari kakinya ke kepala (otak/ingatan) gajah. Rantai gajah yang terdapat di kepalanya ini yang menghalangi gajah untuk berusaha melepaskan diri. Rantai gajah yang terdapat di kepalanya juga yang mengekang gajah untuk bebas.

Berefleksi dari rantai gajah di atas, mungkin tanpa sadar di kepala kita terdapat rantai gajah tersebut. Terdapat rantai gajah besar yang menjadi barrier, menjadi penghalang pada aktivitas kita, yang seharusnya kita dapat berkreasi lebih optimal, dapat menghasilkan sesuatu yang lebih wah, lebih besar tetapi karena ada rantai gajah di dalam kepala kita, kita hanya bekerja sekedarnya saja. Dengan bekerja sekedarnya saja, sudah tentu kita hanya akan menghasilkan hasil yang biasa-biasa saja. Seharusnya kita bisa menjadi pribadi yang luar biasa, tetapi karena ada rantai gajah maka kita hanya menjadi orang yang biasa-biasa saja.

Apakah rantai gajah di kepala kita? Banyak sekali, secara sadar maupun tidak sangat banyak rantai gajah yang ada di kepala kita. Contohnya adalah rekan kerja, teman sejawat, teman main, atasan, bahkan bawahan bisa menjadi rantai gajah bagi kita. Tetapi ketakutan dalam diri kita adalah rantai gajah terbesar dalam kepala kita. Perasaan tidak mampu, tidak bisa melakukan, perasaan tidak memiliki bakat, rendah diri, pesimis, itu adalah rantai gajah yang mengekang kita untuk menjadi pribadi yang luar biasa.

Mengapa itu semua bisa menjadi rantai gajah? Mari kita lihat. ketika kita ingin membangun sebuah bisnis, belum belum sudah mengatakan saya tidak berbakat berbisnis. Kita yang seharusnya terjun dulu, belajar bagaimana bisnis itu. Mencari tahu dan mempelajari kekurangan dan kelebihannya hingga akhirnya kita paham betul mengenai bisnis dan menjadi sukses dalam berbisnis. Tetapi karena perasaan awal, “tidak berbakat berbisnis” maka kesempatan emas untuk menjadi pribadi yang luar biasa pun hilang dari tangan. Bahkan ketika belum memulai melangkahkan kaki setapak pun, kita sudah merasa kalah dalam perang.

Ketika ingin tampil bicara di depan publik, belum naik panggung sudah mengatakan saya tidak bisa. Perlu diingat, tubuh kita mengikuti apa yang kita pikirkan. Seperti halnya tuhan yang mengatakan “saya adalah sebagaimana prasangka hambanya”. Maka ketika belum berusaha melakukan tetapi kita sudah bilang tidak bisa, maka kita tidak bisa. Setiap sel dari tubuh kita akan mengamini perasaan kita dan membentuk kita menjadi orang yang tidak bisa.
Dalam dunia kerja, bisa saja perkataan dari rekan kerja, teman sejawat, atasan, bahkan bawahan bisa menjadi rantai gajah bagi kita. ketika kita ingin melakukan yang terbaik, ada bisikan dari yang lain “ngapain susah-susah, toh hasilnya sama. Ngapain capek-capek, toh gajinya sama” Itu semua akan menahan kita untuk berbuat yang terbaik. Sehingga pada akhirnya kita hanya menjadi pribadi yang biasa-biasa saja. Menjadi pribadi yang biasa, sudah pasti hidup kita pun hanya biasa-biasa saja.

Dalam hidup ini, tentunya tidak ada yang ingin kehidupan dan kualitas hidupnya biasa-biasa saja, penghasilannya biasa-biasa saja. Semuanya pasti ingin jadi luar biasa, menghasilkan income yang luar biasa pula. Hidup kaya raya dan mati masuk surga adalah dambaan setiap manusia. Oleh karena itu, mari kita optimalkan potensi yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Mari kita buang rantai gajah di kepala kita masing-masing. Jadikan Tuhan, keluarga, dan orang-orang yang kita sayangi untuk membantu kita melepaskan rantai gajah kita, untuk hidup yang luar biasa.

Salam sukses luar biasa dan hidup mulia

0 comments:

Posting Komentar